|
|
Mengenyam pendidikan lanjut (S2 atau S3) merupakan syarat mutlak untuk membangun karakter mental SDM negara kita khususnya studi lanjut keluar negeri.Coba kita perhatikan SDM dinegara-negara maju, hampir semuanya bergelar doktoratau P.hd apalagi tenaga pendidiknya yang merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di Indonesia 54% guru tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk mengajar, dilapangan masih sangat banyak dijumpai guru yang bahkan belum sarjana, tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Belum lagi para dosen di Indonesia yang masih cukup banyak memiliki gelar S1. Di negara maju untuk menjadi dosen itu sangat tidak mudah, butuh tingkat profesionalisme dan pendidikan yang mumpuni yang mana ini sangat berbeda di Indonesia dimana untuk menjadi dosen ada yang hanya “modal orang dalam” saja cukup.
Indonesia memang negara kaya, ya kaya alam tapi sangat kekurangan stok manusiayang berkualitas termasuk para pemimpin yang kurang terdidik, kalaupun berpendidikan namun banyak yang tak bermoral. Dengan jumlah penduduk yang kurang lebih 240juta dan menduduki peringkat ke-4 terbesar di dunia, kita hanya mampu berdiri diperingkat ke-121 dari 187 negara dengan indeks kualitas manusia. Harusnya hatikita pilu melihat banyaknya kenyataan pahit yang ada di negara kita. Mulai dari tingkat korupsi yang semakin tinggi, tingkat kemiskinan, jumlah gelandangan dan pengemis yang tak kunjung berkurang, nasib para petani yang semakin terpojok tak dapat dengan maksimal menikmati hasil panennya, dll. Tugas siapa yang akanmenyelesaikan ini semua?
Nah, balik lagi ke investasi pendidikan yang begitu penting. Pendidikan tinggi dengan jalan studi lanjut ke luar negeri mutlak dilakukan. Untuk saat ini menurutku cara ini yang paling ampuh meskipun beberapa hari lalu Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan bahwa tidak harus jadi doktor untuk meningkatkan kualitas SDM, bisa dengan BLK which is I think it’s not the best way, aku lebih setuju bahwa studi lanjut ke luar negeri adalah cara terbaik.
Satu hal yang harus diingat bahwa faktanya ada banyak peluangan beasiswa untuk studi lanjut ke luar negeri yang terbuang atau tidak terpakai terutama yg terdaftar di Dikti. Banyak yang mengeluhkan sistemnya yang ribet dan cenderung sulit atau alasan lain sehingga mengurungkan niat mereka untuk apply (termasuk aku saat itu). Berbeda dengan beasiswa yang ditawarkan oleh beberapa Universitas di Taiwan yang menurutku memberikan kemudahan yang paling mudah diantara prosedur pelamaran beasiswa di universitaslain di seluruh dunia. Ya sangat mudah, tidak ada syarat TOEFL dan IPK (paling2 atau 3 universitas yang mensyaratkannya itupun sangat standar). Bahkan setelah dinyatakan lulus proses pengurusan berkas selanjutnya seperti Visa dan dokumen lainnya pun cukup mudah.
Dengan banyaknya universitas di Taiwan yang menawarkan program beasiswa dengan segala kemudahan prosedur pelamarannya, banyak yang mempertanyakan akreditasi atau reputasi universitas-universitas tersebut. Bahkan kemarin ketika aku berbincang dengan rektor UNIMED, Pak Ibnu Hajar di ruangannya beliau sempat menghimbau agar aku lebih teliti dengan universitas yang kulamar apakah memang sudah terdaftar di Dikti, apakah sudah ada lulusan dari sana yang telah melakukan penyetaraan ijazah, bagaimana sistem pembelajarannya dll karena memang belakangan ini pemerintah mulai ketat menyaring universitas mana saja dari luar negeri yang layak disetarakan ijazahnya di indonesia. Well, itu pertanyaan yang juga ditanyakan beberapa orang padaku termasuk juga yang sudah mempersiapkan berkasnya ke Taiwan. Selain itu ada lagi pertanyaan yang cukup menggelikkan buatku pribadi yang dikemukakan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, oleh rekan-rekanku atau orang-orang sekitarku bahkan diucapkan olehKetua DPR RI, Marzuki Ali, yaitu “Kenapa harus studi diluar negeri, kenapa tidak belajar di Indonesia saja ? kan diindonesia banyak universitas bagus, ilmunya juga lengkap.”
Aku pribadi mendengar pertanyaan diatas “tertawa geli dalam hati”
Coba kita cermati pertanyaan itu, apakah sama kuliah dalam negeri dengan kuliah diluar negeri sekalipun universitas yang di luar negeri tersebut bukanlah universitas top ten di dunia atau universitas terkenal dunia? Jelas tidak sama. Menurutku, “kecuali” kita studi lanjut di negara yang kurang berkembang dibanding Indonesia, maka kemungkinan besar kita akan belajar di universitas yang lebih baik daripada universitas yang ada di Indonesia.
Perlu kutegaskan bahwa ada 49 universitas di Taiwan yang sudah terdaftar diDikti (yang sudah menyetarakan ijazahnya) dimana alumninya dengan jumlah lulusan yang telah menyetarakan ijazah sebanyak 579 orang(10 februari 2014 pukul 18.00). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat disini http://ijazahln.dikti.go.id/detail_negarapt.php?kodenegara=9405 Jadi untuk yang berniat apply beasiswake Taiwan jangan takut nanti kalau ijazahnya tidak diakui di Indonesia. Sekadar informasi juga bahwa ada sekitar 120an universitas di Taiwan (CMIIW), dan tentunya tidak semua terdaftar di dikti, NAMUN perlu digaris bawahi bahwa yang belum terdaftar di Dikti itu bukan berarti tidak diakui, hanya saja bahwa lulusan dari universitas yang belum terdaftar di Dikti itu belum ada yg menyetarakan ijazahnya. Yang sudah terdaftar di Dikti itu artinya alumninya sudah ada yg menyetarakan ijazahnya. Mengenai kualitas dan akreditasnya tentu saja masih lebih baik dibanding Indonesia. Untuk daftar 100 besar universitas terbaik se-Asia bisa dilihat disini http://www.timeshighereducation.co.uk/world-university-rankings/2012-13/regional-ranking/region/asiadimana tak satupun universitas di Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Walaupun kampus tempatku lulus beasiswa hanya menduduki peringkat 72 se-Asia(universitas swasta terbaik se-empat negara) namun tetap bangga dan senang bisa mengenyam pendidikan tinggi disana setidaknya pasti lebih baik dari pada diIndonesia. Bukan apa-apa tapi sejauh ini sudah terlalu banyak cerita dan pengalaman yang kubaca dinet mengenai betapa tertinggalnya sistem pendidikan tinggi di Indonesia dibandingkan di negara lain termasuk Taiwan baik dari segi ketersediaan infrastruktur, kualifikasi dosen, hubungan universitas dengan berbagai industridan profesionalisme dosennya maupun mahasisiwanya.
Memang ada benarnya juga pernyataan yang pernah dituturkan oleh ibunya Soekaro ketika Soekarno pada waktu itu menyatakan keinginannya untuk studi lanjut ke Belanda yaitu: “tidak ada salahnya studi lanjut diluar negeri, tetapi banyak buruknya” , artinya mungkin bahwa studi lanjut menjadi kurang berguna jika tujuannya hanya sekadar ikut-ikutan atau karena keterpaksaan apalagi jika universitas tujuannya tidak jelas (asal-asalan/tidak diakui Dunia).
Menurutku pribadi, terlepas dari jadi apa nantinya setelah bergelar masteratau P.hd, apapun yang menjadi motivasi pribadinya, tetap saja barang siapapunyang punya keinginan kuat untuk studi lanjut ke luar negeri paling tidak dia memiliki sikap BERANI menerima perubahan, BERANI belajar, dan BERANI maju. Aku percaya studi lanjut di luar negeri khususnya yang motivasinya datang dari dirinya sendiri akan membentuk karakter mental yang jauh lebih baik. So, ayo memajukan bangsa kitadengan studi lanjut !
Oh ya untuk teman-teman yang sedang mempersiapkan berkas untuk studi lanjut keluar negeri khususnya ke Taiwan, perlu membuat pasport. Membuat pasport akanjauh lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan online. Berikut bisadipelajari yang kuposting berdasarkan pengalamanku waktu itu. Silakan dilihatdisini http://shantycr7.blogspot.com/2014/01/cara-membuat-paspor-secara-online-cepat.html
Semoga bermanfaat ;)
Sangat tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas pendidikan yang baik adalah syarat mutlakbagi suatu negara untuk bisa terpandang dimata dunia. Dengan memiliki kualitas pendidikan yang bagus maka otomatis SDM negara tersebut akan bagus pula. Kita sadar betul bahwa kualitas SDM di negara kita ini masih jauh dari kata “berkualitas”,bagaimana tidak , kualitas pendidikannya saja masih jelek, bukankah tingkat pendidikan dan kualitas SDM itu berkorelasi positif?
Mengenyam pendidikan lanjut (S2 atau S3) merupakan syarat mutlak untuk membangun karakter mental SDM negara kita khususnya studi lanjut keluar negeri.Coba kita perhatikan SDM dinegara-negara maju, hampir semuanya bergelar doktoratau P.hd apalagi tenaga pendidiknya yang merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di Indonesia 54% guru tidak memiliki kualifikasi yang cukup untuk mengajar, dilapangan masih sangat banyak dijumpai guru yang bahkan belum sarjana, tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Belum lagi para dosen di Indonesia yang masih cukup banyak memiliki gelar S1. Di negara maju untuk menjadi dosen itu sangat tidak mudah, butuh tingkat profesionalisme dan pendidikan yang mumpuni yang mana ini sangat berbeda di Indonesia dimana untuk menjadi dosen ada yang hanya “modal orang dalam” saja cukup.
Indonesia memang negara kaya, ya kaya alam tapi sangat kekurangan stok manusiayang berkualitas termasuk para pemimpin yang kurang terdidik, kalaupun berpendidikan namun banyak yang tak bermoral. Dengan jumlah penduduk yang kurang lebih 240juta dan menduduki peringkat ke-4 terbesar di dunia, kita hanya mampu berdiri diperingkat ke-121 dari 187 negara dengan indeks kualitas manusia. Harusnya hatikita pilu melihat banyaknya kenyataan pahit yang ada di negara kita. Mulai dari tingkat korupsi yang semakin tinggi, tingkat kemiskinan, jumlah gelandangan dan pengemis yang tak kunjung berkurang, nasib para petani yang semakin terpojok tak dapat dengan maksimal menikmati hasil panennya, dll. Tugas siapa yang akanmenyelesaikan ini semua?
Nah, balik lagi ke investasi pendidikan yang begitu penting. Pendidikan tinggi dengan jalan studi lanjut ke luar negeri mutlak dilakukan. Untuk saat ini menurutku cara ini yang paling ampuh meskipun beberapa hari lalu Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan bahwa tidak harus jadi doktor untuk meningkatkan kualitas SDM, bisa dengan BLK which is I think it’s not the best way, aku lebih setuju bahwa studi lanjut ke luar negeri adalah cara terbaik.
Satu hal yang harus diingat bahwa faktanya ada banyak peluangan beasiswa untuk studi lanjut ke luar negeri yang terbuang atau tidak terpakai terutama yg terdaftar di Dikti. Banyak yang mengeluhkan sistemnya yang ribet dan cenderung sulit atau alasan lain sehingga mengurungkan niat mereka untuk apply (termasuk aku saat itu). Berbeda dengan beasiswa yang ditawarkan oleh beberapa Universitas di Taiwan yang menurutku memberikan kemudahan yang paling mudah diantara prosedur pelamaran beasiswa di universitaslain di seluruh dunia. Ya sangat mudah, tidak ada syarat TOEFL dan IPK (paling2 atau 3 universitas yang mensyaratkannya itupun sangat standar). Bahkan setelah dinyatakan lulus proses pengurusan berkas selanjutnya seperti Visa dan dokumen lainnya pun cukup mudah.
Dengan banyaknya universitas di Taiwan yang menawarkan program beasiswa dengan segala kemudahan prosedur pelamarannya, banyak yang mempertanyakan akreditasi atau reputasi universitas-universitas tersebut. Bahkan kemarin ketika aku berbincang dengan rektor UNIMED, Pak Ibnu Hajar di ruangannya beliau sempat menghimbau agar aku lebih teliti dengan universitas yang kulamar apakah memang sudah terdaftar di Dikti, apakah sudah ada lulusan dari sana yang telah melakukan penyetaraan ijazah, bagaimana sistem pembelajarannya dll karena memang belakangan ini pemerintah mulai ketat menyaring universitas mana saja dari luar negeri yang layak disetarakan ijazahnya di indonesia. Well, itu pertanyaan yang juga ditanyakan beberapa orang padaku termasuk juga yang sudah mempersiapkan berkasnya ke Taiwan. Selain itu ada lagi pertanyaan yang cukup menggelikkan buatku pribadi yang dikemukakan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi, oleh rekan-rekanku atau orang-orang sekitarku bahkan diucapkan olehKetua DPR RI, Marzuki Ali, yaitu “Kenapa harus studi diluar negeri, kenapa tidak belajar di Indonesia saja ? kan diindonesia banyak universitas bagus, ilmunya juga lengkap.”
Aku pribadi mendengar pertanyaan diatas “tertawa geli dalam hati”
Coba kita cermati pertanyaan itu, apakah sama kuliah dalam negeri dengan kuliah diluar negeri sekalipun universitas yang di luar negeri tersebut bukanlah universitas top ten di dunia atau universitas terkenal dunia? Jelas tidak sama. Menurutku, “kecuali” kita studi lanjut di negara yang kurang berkembang dibanding Indonesia, maka kemungkinan besar kita akan belajar di universitas yang lebih baik daripada universitas yang ada di Indonesia.
Perlu kutegaskan bahwa ada 49 universitas di Taiwan yang sudah terdaftar diDikti (yang sudah menyetarakan ijazahnya) dimana alumninya dengan jumlah lulusan yang telah menyetarakan ijazah sebanyak 579 orang(10 februari 2014 pukul 18.00). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat disini http://ijazahln.dikti.go.id/detail_negarapt.php?kodenegara=9405 Jadi untuk yang berniat apply beasiswake Taiwan jangan takut nanti kalau ijazahnya tidak diakui di Indonesia. Sekadar informasi juga bahwa ada sekitar 120an universitas di Taiwan (CMIIW), dan tentunya tidak semua terdaftar di dikti, NAMUN perlu digaris bawahi bahwa yang belum terdaftar di Dikti itu bukan berarti tidak diakui, hanya saja bahwa lulusan dari universitas yang belum terdaftar di Dikti itu belum ada yg menyetarakan ijazahnya. Yang sudah terdaftar di Dikti itu artinya alumninya sudah ada yg menyetarakan ijazahnya. Mengenai kualitas dan akreditasnya tentu saja masih lebih baik dibanding Indonesia. Untuk daftar 100 besar universitas terbaik se-Asia bisa dilihat disini http://www.timeshighereducation.co.uk/world-university-rankings/2012-13/regional-ranking/region/asiadimana tak satupun universitas di Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Walaupun kampus tempatku lulus beasiswa hanya menduduki peringkat 72 se-Asia(universitas swasta terbaik se-empat negara) namun tetap bangga dan senang bisa mengenyam pendidikan tinggi disana setidaknya pasti lebih baik dari pada diIndonesia. Bukan apa-apa tapi sejauh ini sudah terlalu banyak cerita dan pengalaman yang kubaca dinet mengenai betapa tertinggalnya sistem pendidikan tinggi di Indonesia dibandingkan di negara lain termasuk Taiwan baik dari segi ketersediaan infrastruktur, kualifikasi dosen, hubungan universitas dengan berbagai industridan profesionalisme dosennya maupun mahasisiwanya.
Memang ada benarnya juga pernyataan yang pernah dituturkan oleh ibunya Soekaro ketika Soekarno pada waktu itu menyatakan keinginannya untuk studi lanjut ke Belanda yaitu: “tidak ada salahnya studi lanjut diluar negeri, tetapi banyak buruknya” , artinya mungkin bahwa studi lanjut menjadi kurang berguna jika tujuannya hanya sekadar ikut-ikutan atau karena keterpaksaan apalagi jika universitas tujuannya tidak jelas (asal-asalan/tidak diakui Dunia).
Menurutku pribadi, terlepas dari jadi apa nantinya setelah bergelar masteratau P.hd, apapun yang menjadi motivasi pribadinya, tetap saja barang siapapunyang punya keinginan kuat untuk studi lanjut ke luar negeri paling tidak dia memiliki sikap BERANI menerima perubahan, BERANI belajar, dan BERANI maju. Aku percaya studi lanjut di luar negeri khususnya yang motivasinya datang dari dirinya sendiri akan membentuk karakter mental yang jauh lebih baik. So, ayo memajukan bangsa kitadengan studi lanjut !
Oh ya untuk teman-teman yang sedang mempersiapkan berkas untuk studi lanjut keluar negeri khususnya ke Taiwan, perlu membuat pasport. Membuat pasport akanjauh lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan online. Berikut bisadipelajari yang kuposting berdasarkan pengalamanku waktu itu. Silakan dilihatdisini http://shantycr7.blogspot.com/2014/01/cara-membuat-paspor-secara-online-cepat.html
Semoga bermanfaat ;)
Tips and reviews of
Photos of Kuliah di Luar Negeri (Taiwan) Yuk !
How to do in Kuliah di Luar Negeri (Taiwan) Yuk !
The best place to Kuliah di Luar Negeri (Taiwan) Yuk !
Posted by: Roxuai
roxuai
Updated at :
20.57.00
Semoga tulisan ringan ini bermanfaat ya, mohon maaf jika ada kekurangan. Maklum masih belajar menulis hehehe. Kalau ada yang perlu ditambahin bisa kamu informasikan melalui komentar dibawah yaa... Oh ya kamu bisa membagikan artikel ini melalui tombol share dibawah juga ok, dan sekali jangan lupa untuk berkomentar yaaa :) Terima kasih sudah mengunjungi blog aku ^^ ~ Kiku
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sopan , komentar dengan Link Aktif, SARA, Promosi akan masukan ke SPAM , Yang ingin berbagi informasi seputar KPOP boleh banget. Yuk saling berbagi informasi.