|
|
PERINGATAN! JIKA KALIAN TIDAK INGIN SPOILER FILM KOREA “SHARK” INI JANGAN DITERUSKAN YA ^^
Episode 4 ini dibuka dengan pengambilan gambar kegelapan malam dari atap sebuah gedung.
Seorang remaja berdiri dengan muka terbalut perban, kecuali matanya (macam mumi). Saat itu, remaja itu tampak berniat melompat untuk mengakhiri hidupnya. Remaja itu memandang ke langit. Tampak purnama telah sempurna di sana. Dengan penuh keyakinan, ia mengangkat satu kakinya dan hendak melangkah, terjun dari ketinggian gedung. Namun, belum sempat kakinya melangkah, seseorang menggenggam lengannya. Hal itu membuat remaja itu terkejut.
***
Han Yi Soo mengendarai mobil di tengah deras guyuran hujan.
Dari arah yang berlawanan, mobil Joon Young dan Hae Woo melaju kencang. Hae Woo terlihat masih takut dan cemas. Berkali-kali, ia melihat jam tangannya. Joon Young bisa memahami kalau sang istri tengah panik. Demi menenangkan sang istri, Joon Young menggenggam tangannya, sementara ia masih fokus dengan stir mobil.
Hae Woo membalas genggaman tangan suaminya. Ia merasa beruntung mempunyai suami Joon Young yang selalu mendukungnya.
Pada satu titik, mobil Han Yi Soo dan mobil Joon Young dan Hae Woo berpapasan. Walaupun Hae Woo menoleh, namun tidak ada yang menyadari keberadaan mereka satu dengan lainnya. Firasat?
***
Hari sudah pagi, ketika Joon Young dan Hae Woo tiba di tkp. Hae Woo buru-buru turun dan ingin segera masuk. Tapi, Joon Young lekas mencegahnya. Ia memegang lengan Hae Woo, membuatnya menatap sang suami. Joon Young mengatakan sebaiknya Hae Woo menunggu Kepala Bagian Kim. Tidak perlu masuk sendiri ke tkp, mungkin masih ada bahaya yang menunggu.
Hae Woo pun berusaha menenangkan suaminya bahwa takkan ada hal apapun yang terjadi.
Joon Young menegaskan kepada Hae Woo bahwa bisa jadi ini jebakan. Karena, mereka tidak mengetahui siapa yang menelepon. Hae juga mengatakan bahwa ia tidak tahu niat tersembunyi di balik semua ini. Hae Woo menjawab, jika sudah bertemu dengan si penelepon kemungkin ia akan mengetahuinya. Yang jelas, sekarang ia harus masuk dan melihatnya.
Lagi-lagi Joon Young mengatakan kalau hal ini bisa mengancam keselamatan Hae Woo. Hae Woo menenangkan suaminya dengan mengatakan kalau ia seorang jaksa untuk kasus-kasus kriminal, sehingga Joon Young tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Hae Woo menuju pintu. Ia diam sebentar mengatur napas. Lalu, membuka ruang itu dengan hati lapang. Hae Woo masuk diikuti Joon Young di belakangnya. Tampak dalam pandangan Hae Woo, seseorang laki-laki tengah duduk membelakangi mereka. Laki-laki itu melihat keluar jendela. Hae Woo memicingkan mata karena silau sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela sedikit menghalanginya untuk melihat dengan jelas.
Hae Woo berjalan mendekat dan menyebut nama serta pekerjaannya. Tak ada jawaban. Laki-laki itu tetap diam saja. Rasa penasaran membuat Hae Woo terus melangkah, sambil bertanya-tanya dalam hati apakah laki-laki ini yang menghubunginnya tadi?
Hae Woo benar-benar terkejut saat ia melihat ekspresi yang jelas terpancar dari wajah laki-laki yang tengah duduk itu. Sampai-sampai, ia mundur beberapa langkah demi menguasai dirinya. Joon Young yang melihat respons Hae Woo ingin melihat juga apa yang terjadi. Namun, Hae Woo melarangnya. Ia tak ingin suaminya melihat hal yang sangat mengerikan.
Joon Young tentu mengabaikan larangan istrinya. Ia mesti memastikan apa itu! Ketika melihatnya, Joon Young langsung menutup matanya dan memalingkan wajahnya. Benar-benar mengerikan.
Laki-laki yang ternyata diketahui bernama Man Chul itu kondisi sudah dalam keadaan tanpa nyawa. Sementara, mulut dan matanya terbuka. Di dada Man Chul tergambar lingkaran berwarna merah. Darah? Ya, darah. Darah Man Chul sendiri.
Kemungkinan darah ini diambil dari kaki Man Chul. Karena, di sana ada goresan luka dengan darah yang telah mengering. Hae Woo menduga, si pembunuh sangatlah sadis dan tidak manusiawi.
Joon Young mengajak istrinya keluar. Namun, Hae Woo terdiam dengan ajakan itu. Matanya masih menatap mayat Man Chul. Rupanya Hae Woo tengah mengingat-ingat wajah korban yang tampak tidak asing lagi. Ingatannya pun melayang pada peristiwa 12 tahun silam, di mana Yi Soo ditangkap. Dan ia mengira itu lantaran Yi Soo mencuri jam tangan ayahnya. Saat itulah, ia melihat Man Chul. Hae Woo bersorak, “Itu dia!”
Joon Young bingung dengan kalimat “itu dia!” yang dikatakan istrinya.
Belum sempat Hae Woo menjelaskannya, pintu terbuka dan masuklah Byung Bang Jin.
***
Di sebuah kamar mandi.
Seorang laki-laki tengah berendam di dalam bak mandi. Dialah Han Yi Soo. Kejadian Subuh ini masih diingatnya dengan jelas. Pengakuan dan kematian Man Chul pasti akan menghebohkan pihak kepolisian pagi ini.
Usai berendam, Han Yi Soo duduk di sofa kamar tempatnya menginap dengan gaya favoritnya.
***
Kembali ke tkp.
Tkp mulai banyak didatangi pihak kepolisian yang mulai memasangi police line. Kim Soo Hyun (diperankan Lee Soo Hyuk) sudah terlihat batang hidungnya—ini Kepala Bagian Kim yang dimaksud Joon Young tadi.
Byung Bang Jin bertanya kepada petugas, apakah ada yang mereka temukan? Petugas yang ditanyai Byung Bang Jin menjawab kasus ini membuat mereka kebingungan.
Hae Woo bertanya, apa yang menyebabkan korban meninggal? Petugas menjawab baru bisa dipastikan usai otopsi selesai dilakukan. Tapi, dugaan sementara korban meninggal gegara racun.
Hae Woo terkejut mendengar kata racun, hingga harus mengulanginya lagi. Petugas membenarkan dan menjelaskan kalau racun itu disuntik melalui bagian leher korban.
Byung Bang Jin dan Hae Woo saling menatap.
Petugas mengimbuhi bahwa lingkaran merah yang ada di dada korban menggunakan darah korban sendiri.
Hae Woo memutuskan keluar menemui suaminya. Karena, Joon Young bukan bekerja di bidang yang sama atau yang berhubungan dengan istrinya, ia memilih menunggu di luar supaya tidak mengganggu pekerjaan pihak kepolisian. Joon Young mendekat begitu melihat istrinya keluar dari dalam gedung itu.
Joon Young bertanya, apakah Hae Woo baik-baik saja? Hae Woo menjelaskan bahwa ada kemungkinan rencana bulan madu mereka ditunda saja. Hae Woo berkata itu dengan perasaan menyesal dan berharap Joon Young tidak kecewa dengan keputusannya itu.
Joon Young mengatakan ia sedikit kecewa dengan keputusan itu. Namun, ia bisa memahami posisi sang istri. Hae Woo surprise dengan sikap Joon Young. Ia betul-betul beruntung mendapatkan pasangan yang memahami pekerjaannya. Hae Woo lalu mengucapkan terima kasih pada Joon Young.
Hae Woo kembali ke tkp dan menemui Kepala Bagian Kim. Kepala Bagian Kim mengatakan bahwa kasus ini akan diurusnya. Sehingga, Hae Woo bisa segera ke bandara bersama Joon Young.
Hae Woo menjelaskan bahwa ia dan suaminya telah sepakat untuk menundanya. Lalu, ia meminta Kepala Bagian Kim untuk menyelidiki korban. Kepala Bagian Kim mencoba membujuk Hae Woo untuk tidak mengurusi kasus ini dan lebih baik berfokus pada rencana bulan madu mereka. Tapi, Hae Woo sudah bertekad. Dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi tekad ini.
Hae Woo meminta Kepala Bagian Kim (Kim Soo Hyun) untuk memperhatikan hal sekecil apapun atau hal paling sepele demi penyelidikan.
Kepala Bagian Kim mencoba membujuk Hae Woo supaya pergi berbulan madu saja dan tidak perlu mengkhawatirkan kasus ini. Bukannya merespons, Hae Woo justru acuh dengan bujukan Kepala Bagian Kim dan langsung masuk tkp.
Kepala Bagian Kim tidak berkata apa-apa lagi. Ia cuma bisa memandang Joon Young yang tengah tersenyum ke arahnya dari kejauhan.
***
Kembali ke tempat Han Yi Soo.
Han Yi Soo masih dalam posisi duduknya, tanpa bergerak sedikit pun. Ia masih ingat air mata Hae Woo yang menetes deras di malam pernikahannya. Saat Han Yi Soo menyebut kata “Polaris”, Hae Woo menangis tersedu-sedu pada malam itu.
Ia juga masih ingat bagaimana ia memeluk tubuh Hae Woo, merengku dengan penuh kerinduan. Ia masih merasakan api cinta itu. Betapa ia merindui satu-satunya gadis yang pernah mengisi hatinya selama ini.
Kemudian, Han Yi Soo memejamkan mata dan menarik napasnya. Seolah-olah dengan memejamkan mata, ia bisa menemukan kembali tujuan menuntaskan dendamnya selama ini. Ia sudah menanti saat-saat seperti ini. Han Yi Soo mengeraskan hatinya. Mampukah ia?
Ketika matanya membuka, ia ingat semua orang sudah menyatakannya meninggal.
***
Flashback.
Tubuh Han Yi Soo remaja tergeletak tak berdaya usai sebuah truk, yang diskenariokan, menghantam tubuhnya. Tangannya mendadak bergerak, menandakan ia masih bernapas walau kondisinya tidak bisa diprediksi. Dengan kekuatan penuh, Han Yi Soo mencoba membuka matanya, saat itulah ia melihat Yoshimura Junichiro—seorang Jepang.
***
Di sebuah atap gedung di Tokyo, Jepang.
Seorang remaja berdiri tanpa takut di atas pembatas atap. Ia sudah bertekad mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, setelah sebelumnya ia pandangi purnama yang menghiasi malam.
Saat kakinya hendak melangkah, saat itu tangannya ditarik keras ke belakang oleh seorang laki-laki. Dialah Yoshimura Junichiro. Remaja dengan muka penuh perban bak mumi itu tentunya Han Yi Soo.
Yoshimura mengatakan usai diobati, rasa sakit di bahu dan kaki Han Yi Soo besar kemungkinan tidak akan hilang sepenuhnya.
Han Yi Soo bangkit sambil menahan sakit. Yoshimura berkata panjang lebar bahwa manusia akhirnya akan mati juga tanpa harus mempercepatnya, seperti yang dilakukan Han Yi Soo tadi. Han Yi Soo bertanya kenapa Yoshimura membiarkannya hidup?
Jawab Yoshimura karena saat itu Han Yi Soo sedang sekarat.
Bukankah lebih baik ia mati saja? tanya Han Yi Soo. Sambil berteriak kepada Yoshimura, Han Yi Soo bertanya apa haknya menyelamatkan nyawanya?
Yoshimura mengatakan Han Yi Soo harusnya bersyukur karena masih hidup.
Han Yi Soo malah menjawab ia tidak pernah ingin diselamatkan.
Yoshimura bertanya apakah Han Yi Soo takut hidup dengan wajah yang berbeda?
Han Yi Soo kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Yoshimura. Ia meminta Yoshimura untuk tidak bersikap seperti orang paling hebat. Karena, Yoshimura tidak tahu apa-apa.
Jawab Yoshimura, “Jika kamu tetap hidup, cepat atau lambat, kesempatan itu akan tiba. Dalam hidup apapun bisa terjadi, seperti juga kemalangan yang kamu alami. Namun, jika kamu tidak punya keberanian untuk menghadapi kemalangan ini. Maka, aku tidak akan melarangmu melarikan diri.”
Yoshimura menjelaskan bahwa menyelamatkan Han Yi Soo yang sekarat merupakan tugasnya sebagai manusia. Tapi, ketika hidup, semua pilihan ada di tangan Han Yi Soo. Seperti apa, Han Yi Soo akan menjalani hidup, semua pilihan ada di tangan Han Yi Soo.
Mata Han Yi Soo berkaca-kaca. Ia menangis. Yoshimura menegaskan satu hal lagi. “Meskipun semuanya tampak telah berakhir, jika kamu hidup, cepat atau lambat kesempatan itu akan tiba. Jangan lupakan itu Han Yi Soo!”
Yoshimura pergi meninggalkan Han Yi Soo sendirian. Dalam hati, ia mengamini apa yang dikatakan Yoshimura. Kesempatan itu akan tiba, ia hanya harus bersabar. Bersabar menunggu waktu yang tepat. Han Yi Soo mengepalkan tangan penuh tekad. (untuk melihat episode per episode dari serial drama Korea terbaru ini, silakan menuju link ini)
***
Lift telah mengantarkan Han Yi Soo pada lantai yang diinginkan. Pintu terbuka, dan Han Yi Soo ingin bergegas keluar. Tepat pada saat itu, Jo Eui Sun hendak masuk ke dalam lift. Ia tengah sibuk berbicara kepada menantunya, Joon Young, di telepon untuk membujuk Hae Woo supaya mau berbulan madu, bagaimanapun caranya. Jo Eui Sun tidak menyadari tatapan tajam Han Yi Soo mengarah padanya.
Keduanya berpapasan. Emosi Han Yi Soo segera naik. Ia mengepalkan tangan—tanda kemarahannya sudah memuncak.
Han Yi Soo menoleh. Ia menatap Jo Eui Sun sesaat sebelum pintu lift menutup. Jo Eui Sun pun melihat tatapan Han Yi Soo kepadanya.
***
Joon Young masih setia menemani Hae Woo yang tengah asyik berdiskusi dengan Byung Bang Jin. Kim Soo Hyun mendekati Joon Young, membawakan minuman untuknya. Kim Soo Hyun duduk di sebelah Joon Young.
Kim Soo Hyun mengatakan gegara kasus ini, bulan madu Joon Young dengan Hae Woo terpaksa ditunda. Joon Young cuma bisa tersenyum. Kim Soo Hyung mengatakan kalau Jo Hae Woo adalah jaksa paling keras kepala nomor dua se-Korea.
Jon Young menoleh. Jika Hae Woo nomor dua, siapa nomor wahidnya?
Kim menjelaskan bahwa yang pertama tentu saja saja ayah Joon Young sendiri, Jaksa Agung Oh Hyun Shik.
***
Byung Bang Jin mengatakan pada Hae Woo kalau ada telepon dari penelepon tak dikenal mengenai adanya kasus pembunuhan. Si penelepon secara detail menjelaskan tentang lokasi dan korban. Karena itu, Bang Jin tidak menganggap informasi ini angin lalu. Jadi, ia segera meluncur ke tkp. Hae Woo menanyakan pendapat Bang Jin tentang kemungkinan si penelepon adalah pelakunya. Bang Jin menjelaskan ada dua kemungkinan. Si penelepon adalah pelaku atau si penelepon adalah saksi mata.
Hae mengatakan bahwa satu-satunya yang pasti dari kasus ini adalah bahwa kasus ini berhubungan dengan kasus tabrak lari 12 tahun. Yang melibatkan ayah Han Yi Soo.
Hae Woo menyatakan pasti Bang Jin mengetahui tentang korban. Bang Jin tidak mengingkari hal tersebut. Hae Woo juga menambahkan analisisnya, kalau sebelum dibunuh, si korban menelpon dirinya. Dalam telepon si korban menjelaskan kalau si korban mengetahui alasan Han Yi Soo dibunuh 12 tahun silam. Itu berarti, Han Yi Soo meninggal berhubungan dengan kasus tabrak lari ayah Han Yi Soo. Sedangkan lingkaran di dada korban pasti memiliki makna juga. Sebuah pesan yang harusnya mereka tafsirkan. Namun, mereka belum bisa menerjemahkan dengan pasti, apa maksud dari pesan tersebut.
Bang Jin bilang kalau Hae Woo harus tenang menghadapi kasus ini. Jangan sampai membuat kesimpulan atau berprasangka mengenai apapun. Karena, bisa memengaruhi jalannya penyelidikan. Hae Woo mengangguk mengerti.
Bang Jin meminta Hae Woo istirahat. Hae Woo tidak menggubrisnya. Ia malah berkata akan melakukan otopsi langsung pada korban. Bang Jin menolaknya dan meminta Hae Woo keluar dari kasus ini. Hae Woo bersikeras. Ia mengatakan bahwa kasus ini berada di bawah tanggung jawabnya karena terjadi di wilayah hukumnya.
Itu sebabnya Bang Jin melarang Hae Woo untuk menangani kasus ini. Menurut pandangan Bang Jin, pelaku sudah dengan cermat merencanakan kasus ini supaya Hae Woo menanganinya. Tidakkah Hae Woo memahami, bisa saja, pelaku mendesain supaya kasus ini ditangani oleh Hae Woo.
Hae Woo tidak memedulikan hal tersebut. Bang Jin memotong kalimat Hae Woo. Bisa saja Hae Woo tidak memedulikan hal ini. Namun, ia peduli. Bang Jin melangkah pergi. Hae Woo mengejarnya. Ia tidak ingin dikeluarkan dari kasus ini. Sambil menarik lengan pamannya itu, Hae Woo bertanya, apakah pamannya lupa alasan Hae Woo menjadi jaksa. Tentu saja Bang Jin tidak lupa. Justru alasan itulah, Hae Woo tidak bisa menangani kasus ini. Bang Jin justru mengancam. Jika Hae Woo masih bertindak keras kepala seperti ini, ia akan melaporkan Hae Woo pada pihak berwajib.
***
Ketika Yi Hyun sedang berjalan menuju tempat kerjanya, ia berhenti di depan sebuah toko yang menjual teleskop. Ia mematung memandang benda itu dan berjalan mendekatinya. Di seberang jalan, tampak Yi Soo memandang dari kejauhan adik kesayangannya itu.
Dalam pandangan Yi Soo tampak Yi Hyun kecil tengah tersenyum memandang teleskop itu. Yi Soo ingin mendekatinya, cuma langkah kakinya tertahan. Hatinya melarang! Janjinya kepada Yi Hyung diingatnya kembali. Jika ia sudah kaya, ia akan membelikan Yi Hyun teleskop. Yi Soo tersenyum akan janji itu. Pemandangan yang tampak di depan matanya mengartikan bahwa Yi Hyun tidak pernah melupakannya sebagai kakak. Bahkan hingga kini, Yi Hyung masih menyimpan kenangan itu. Yi Soo senang mengetahui hal tersebut.
Yi Hyun kembali pada keadaannya yang sekarang. Ia melanjutkan langkahnya pergi ke tempat kerja dengan ceria. Sementara, Yi Soo mengikuti Yi Hyun dari seberang jalan, ia senang adiknya tersenyum ceria.
***
Yi Hyun kini sudah sampai di tempatnya bekerja.
Ketika ia telah bersiap melayani para pelanggan, ternyata yang datang adalah Hae Woo. Yi Hyun bingung, bukankah seharusnya Hae Woo sedang berada di pesawat saat ini? Hae Woo tersenyum menatap Yi Hyun.
Sementara itu, Joon Young menunggu di luar. Ia sedang menjelaskan kepada ayahnya akan menunda bulan madunya untuk sementara gegara Hae Woo sedang menangani sebuah kasus pelik.
Yi Hyun membawakan minuman untuk Hae Woo, sambil masih terus penasaran mengapa Hae Woo masih di sini, bukannya berbulan madu. Hae Woo mengatakan kalau dirinya sedang kangen Yi Hyun sehingga membatalkan bulan madunya. Yi Hyun tersipu sambil mengatakan bahwa itu tidak mungkin.
Setelah berbasa-basi barang sebentar, Hae Woo mulai serius menjurus maksud kedatangannya. Ia bertanya kepada Yi Hyun apakah menerima telepon aneh belakangan ini. Yi Hyun menggeleng dan bertanya. Hae Woo terdiam.
Akhirnya, Hae Woo berterus terang kalau sebenarnya ada sebuah kasus yang sedang terjadi dini hari tadi. Dan itulah alasan mengapa bulan madunya ditunda.
Yi Hyun bertanya apa kasus yang sedang ditangani Hae Woo. Hae Woo sendiri menjawab sulit untuk memastikannya saat ini. Cuma ia menjelaskan ada kemungkinan kalau kasus ini berawal dari kejadian 12 tahun lalu. Baik itu kecelakaan ayah Yi Hyun maupun kematian Yi Soo.
Yi Hyun terkejut mendengar penjelasan itu.
Melihat ekspresi Yi Hyun, Hae Woo buru-buru menetralisirnya dengan mengatakan kalau semua yang dikatakannya baru bersifat dugaan saja. Belum pasti. Kemudian, Hae Woo bertanya lagi kepada Yi Hyun apakah ia sudah melihat kembali kasus ayahnya? Karena, walaupun sudah melihatnya berkali-kali, ia tidak menemukan kasus Yi Soo ada di sana. Kecuali, pola darah dan foto kecelakaan. Benar-benar tidak ada apapun untuk menyelidikinya atau membuktikannya.
Yi Hyun bertanya kepada Hae Woo apa yang ingin ditanyakan. Setelah berulang kali menanyakan hal yang sama, Hae Woo harus mengulang kembali pertanyaannya. Apakah Yi Hyun mengetahui sesuatu yang aneh pada Yi Soo? Atau Yi Hyun mengerti hal yang janggal lainnya. Hae Woo meminta Yi Hyun mengingat hal sekecil apapun, yang mungkin lupa disampaikan kepadanya.
Yi Hyun berusah keras mengingatnya. Lalu, tiba-tiba ia mengatakan pada Hae Woo bahwa ada sesuatu yang terlupakan. Ia ingat ketika menemukan sebuah kunci nomor 22 di dalam kotak musiknya, yang kemudian diberikannya kepada kakaknya. Yi Hyun mengatakan kalau kunci itu juga ditemukan di lokasi kecelakaan.
Hae Woo terkejut. Ia menanyakan kepada Yi Hyun apakan Bang Jin mengetahui soal kunci itu?
***
Saat masuk ke kantornya, Bang Jin terkejut menemukan Hae Woo berada di sana tengah memeriksa kembali foto-foto kasus pembunuhan Man Chul. Bang Jin mendekati Hae Woo dan memanggil Jaksa Jo. Merespons hal tersebut, Hae Woo menengadahkan kepalanya, menatap Bang Jin.
Bang Jin bertanya alasan Hae Woo ada disini?
Bukannya menjawab, Hae Woo malah mengingatkan tentang janji Bang Jin untuk mentraktirnya. Kenapa tidak sekarang saja?! tanya Hae Woo.
Bang Jin bertanya kenapa Hae Woo ada disini? Hae Woo bukannya menjawab malah mengingatkan janji Bang Jin yang akan mentraktirnya. Kenapa tidak sekarang saja?
Bang Jin akhirnya mentraktir Hae Woo, walaupun Bang Jin tidak makan. Hae Woo bertanya mengapa Bang Jin tidak makan? Bang Jin bilang, ini karena ia tahu apa yang dirasakan Hae Woo dan ia ingin Hae Woo mengikuti sarannya. Namun, belum sempat melanjutkan kata-katanya, Hae Woo keburu memotongnya dengan kalimat yang sama. Hae Woo menyatakan kalau ia bisa memahami perasaan Bang Jin.
Hae Woo paham, perasaan pribadi bisa memengaruhi penyelidikan yang pada akhirnya mengakibatkan masalah. Tapi, alasan Yi Soo mati dan siapa yang bertanggung jawab, Hae Woo harus bisa mengungkap semuanya. Ini memang mesti dilakukannya.
Hae Woo mengatakan ia tidak ingin menyesal selama sisa hidupnya, jika harus mundur di kasus ini. Ia merasa takut. Tapi, ia ingin mengalahkan rasa takutnya. Karena, jika lari dari masalah ini karena takut, maka ia akan menghabiskan sisa hidupnya dalam penyesalan. Dan Hae Woo tidak ingin hal itu terjadi padanya.
Kasus Yi Soo dan ayahnya sangatlah janggal dan tidak ada yang dihukum atas kasus ini. Tanpa happy ending, tanpa sad ending. Semua serba mengambang. Jika begini, tak ada yang memperhatikan kasus mereka. Hae Woo mengatakan, mungkin inilah satu-satunya kesempatan yang dimilikinya untuk memperbaiki ketidakadilan bagi Yi Soo. Ia berjanji tidak akan melibat perasaan pribadi dalam menangani kasus ini. Semua ini demi Yi Hyun, jelas Hae Woo. Jadi, ia berharap Bang Jin mau membantunya. Bang Jin tidak dapat menolaknya.
***
Hae Woo mendatangi tempat suaminya bekerja sekaligus hotel tempatnya menginap. Saat itu, ia tengah menelepon Bang Jin karena ada sesuatu yang ia lupakan. KUNCI bernomor 22. Bang Jin menjawab kalau kunci itu telah menghilang. Jawaban itu membuat Hae Woo terkejut.
Bagaimana bisa?
Bang Jin mengaku kalau ia menyimpan kunci itu di ruang bukti untuk menemukan sidik jadi.Tapi, kunci itu menghilang begitu saja. Hae Woo menduga ada orang dalam yang melakukan hal tersebut. Adakah bukti untuk itu? Tanya Hae Woo.
Saat menutup telepon, Hae Woo sempat tercenung sebentar. Ia tidak sadar Joon Young suaminya sudah berdiri di hadapannya. Demi mencairkan suasana, Hae Woo menggamit lengan suaminya.
Joon Young mengatakan bahwa ia belum makan. Hal ini tentu membuat Hae Woo tersentak. Ia merasa tidak enak. Dan mengatakan kalau ia sudah makan dengan Bang Jin sebelum bertemu Joon Young.
Joon Young cuma tersenyum. Ia menebak pasti Hae Woo juga menenggak alkohol. Hae Woo berkata, hanya dua gelas. Hae Woo merasa tidak enak hati. Joon Young si suami penyabar ini mengatakan ia akan memaafkan Hae Woo jika ia mengikuti peraturannya.
Peraturan? Peraturan apa? Hae Woo bingung sendiri.
Joon Young mengatakan ada dua peraturan yang harus dipatuhi Hae Woo. Pertama, selepas mandi air hangat. Kedua, setelah mandi mereka harus bobo. Joon Young tersenyum nakal pada Hae Woo. (Hohoho ^^)
Hae Woo mengatakan hal itu tidak perlu dikatakan keras-keras. Ia malu.
Joon Young justru makin berapi-api. Tidur bukan dosa. Hae Woo makin malu dan meminta Joon Young berhenti. Ah, tidak peduli, pokoknya mereka harus bobo! Joon mempertegas pada kata bobo. (Hihihi ^^)
Di saat bersamaan, Yi Soo yang tengah menuju lift di hotel yang sama dengan mereka berdua melihat kemesraan Joon Young dan Hae Woo. Dan secara tidak sengaja, Hae Woo melihat Yi Soo. Membuat laki-laki berhati dingin itu jadi sungkan. Joon Young menyadari itu. Yi Soo menundukkan sedikit kepalanya, tanda menyapa mereka berdua.
Joon Young bertanya pada Kim Joon apakah ia tidur nyenyak semalam? Kim Joon mengiyakan. Ia menambahkan, bahkan ini tidur paling nyenyaknya setelah sekian lama. Joon Young mengeluarkan kartu nama dan menyebutkan bahwa ia adalah Oh Joon Young. Kim Joon menerima kartu itu sambil menjawab kalau ia sudah mengetahui siapa Joon Young. Joon Young heran mengapa Kim Joon bisa mengetahui namanya? Kim Joon cuma tersenyum melihat keheranan Joon Young.
Tepat pada saat itu, pintu lift terbuka. Dari dalam keluar Jang Young Hee. Ia tampak terkejut melihat bosnya. Young Hee berkata kalau ia sedang mencari Kim Joon.
Keempat orang ini kemudian masuk ke dalam satu lift. Mereka semua agak terlihat canggung. Young Hee bertanya apakah Kim Joon sudah makan. Pertanyaan itu dijawab dengan pertanyaan lagi oleh Kim Joon. Young Hee menjawab kalau ia memang belum makan. Lalu, tiba-tiba Kim Joon mengajak Young Hee makan bersama. Young Hee terkejut dengan usul tersebut. Ia bertanya Kim Joon ingin makan apa. Ia menyatakan Kim tidak terlalu memilih maka ia akan pilihkan menunya. Kim Joon terkesan cuek mendengarnya.
Hae Woo yang berada satu lift, lalu ikutan angkat suara. Ia mengatakan kalau di gang sebelah hotel ada restoran yang makanannya enak. Menu terlezatnya adalah Kimchi Jjigae. Kim Joon menoleh ketika Hae berbicara. Young Hee tampaknya suka dengan usul Hae Woo. Ketika ia menanyakan pada Kim Joon juga tidak menolak.
Joon Young yang sedari tadi berdiri mematung menambahkan kalau anggur beras di restoran itu juga enak.
Ketika lift sudah pada lantai yang diinginkan. Kim Joon dan Young Hee keluar dari lift. Mereka berempat harus berpisah. Sebelum berpisah, mereka saling membungkuk memberi hormat. Lalu, Young Hee bertanya apakah Kim Joon mau anggur beras? Sambil berlalu Kim Joon menjawab “dalam mimpi!”.
Kata-kata terakhir Kim Joon membuat Hae Woo tersentak. Memori cepat mengingat kalau kata-kata itu sama seperti yang pernah diucapkan Yi Soo dulu padanya. Waktu itu, kakinya terluka dan ia minta digendong Yi Soo. Yi Soo menjawab dengan kata-kata yang persis seperti Kim Joon ucapkan. Intonasinya pun sama.
Hae Woo memandangi Kim Joon hingga pintu lift menutup. Bahkan, saat sudah tertutup pun efek terkejutnya belum juga hilang.
Kenapa sama lagi?
Malam itu, Polaris. Sekarang kata-kata itu. Yi Soo dan Kim Joon, mengapa semua tampak sama? Bersambung ke sinopsis Shark episode 4 [part 2]
----------
*) Penulis sinopsis drama Korea terbaru Shark ini adalah Lilih Prilian Ari Pranowo, mengaku-aku sebagai cerpenis internet. Cerpennya di internet sudah berhamburan. Blog utamanya ada dua, Plot Kreatif dan Lilih Notes.
Sinopsis Drama Korea terbaru ini ditulis Lilih Prilian Ari Pranowo*
PERINGATAN! JIKA KALIAN TIDAK INGIN SPOILER FILM KOREA “SHARK” INI JANGAN DITERUSKAN YA ^^
Episode 4 ini dibuka dengan pengambilan gambar kegelapan malam dari atap sebuah gedung.
Seorang remaja berdiri dengan muka terbalut perban, kecuali matanya (macam mumi). Saat itu, remaja itu tampak berniat melompat untuk mengakhiri hidupnya. Remaja itu memandang ke langit. Tampak purnama telah sempurna di sana. Dengan penuh keyakinan, ia mengangkat satu kakinya dan hendak melangkah, terjun dari ketinggian gedung. Namun, belum sempat kakinya melangkah, seseorang menggenggam lengannya. Hal itu membuat remaja itu terkejut.
***
Han Yi Soo mengendarai mobil di tengah deras guyuran hujan.
Dari arah yang berlawanan, mobil Joon Young dan Hae Woo melaju kencang. Hae Woo terlihat masih takut dan cemas. Berkali-kali, ia melihat jam tangannya. Joon Young bisa memahami kalau sang istri tengah panik. Demi menenangkan sang istri, Joon Young menggenggam tangannya, sementara ia masih fokus dengan stir mobil.
Hae Woo membalas genggaman tangan suaminya. Ia merasa beruntung mempunyai suami Joon Young yang selalu mendukungnya.
Pada satu titik, mobil Han Yi Soo dan mobil Joon Young dan Hae Woo berpapasan. Walaupun Hae Woo menoleh, namun tidak ada yang menyadari keberadaan mereka satu dengan lainnya. Firasat?
***
Hari sudah pagi, ketika Joon Young dan Hae Woo tiba di tkp. Hae Woo buru-buru turun dan ingin segera masuk. Tapi, Joon Young lekas mencegahnya. Ia memegang lengan Hae Woo, membuatnya menatap sang suami. Joon Young mengatakan sebaiknya Hae Woo menunggu Kepala Bagian Kim. Tidak perlu masuk sendiri ke tkp, mungkin masih ada bahaya yang menunggu.
Hae Woo pun berusaha menenangkan suaminya bahwa takkan ada hal apapun yang terjadi.
Joon Young menegaskan kepada Hae Woo bahwa bisa jadi ini jebakan. Karena, mereka tidak mengetahui siapa yang menelepon. Hae juga mengatakan bahwa ia tidak tahu niat tersembunyi di balik semua ini. Hae Woo menjawab, jika sudah bertemu dengan si penelepon kemungkin ia akan mengetahuinya. Yang jelas, sekarang ia harus masuk dan melihatnya.
Lagi-lagi Joon Young mengatakan kalau hal ini bisa mengancam keselamatan Hae Woo. Hae Woo menenangkan suaminya dengan mengatakan kalau ia seorang jaksa untuk kasus-kasus kriminal, sehingga Joon Young tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Hae Woo menuju pintu. Ia diam sebentar mengatur napas. Lalu, membuka ruang itu dengan hati lapang. Hae Woo masuk diikuti Joon Young di belakangnya. Tampak dalam pandangan Hae Woo, seseorang laki-laki tengah duduk membelakangi mereka. Laki-laki itu melihat keluar jendela. Hae Woo memicingkan mata karena silau sinar matahari yang masuk dari sela-sela jendela sedikit menghalanginya untuk melihat dengan jelas.
Hae Woo berjalan mendekat dan menyebut nama serta pekerjaannya. Tak ada jawaban. Laki-laki itu tetap diam saja. Rasa penasaran membuat Hae Woo terus melangkah, sambil bertanya-tanya dalam hati apakah laki-laki ini yang menghubunginnya tadi?
Hae Woo benar-benar terkejut saat ia melihat ekspresi yang jelas terpancar dari wajah laki-laki yang tengah duduk itu. Sampai-sampai, ia mundur beberapa langkah demi menguasai dirinya. Joon Young yang melihat respons Hae Woo ingin melihat juga apa yang terjadi. Namun, Hae Woo melarangnya. Ia tak ingin suaminya melihat hal yang sangat mengerikan.
Joon Young tentu mengabaikan larangan istrinya. Ia mesti memastikan apa itu! Ketika melihatnya, Joon Young langsung menutup matanya dan memalingkan wajahnya. Benar-benar mengerikan.
Laki-laki yang ternyata diketahui bernama Man Chul itu kondisi sudah dalam keadaan tanpa nyawa. Sementara, mulut dan matanya terbuka. Di dada Man Chul tergambar lingkaran berwarna merah. Darah? Ya, darah. Darah Man Chul sendiri.
Kemungkinan darah ini diambil dari kaki Man Chul. Karena, di sana ada goresan luka dengan darah yang telah mengering. Hae Woo menduga, si pembunuh sangatlah sadis dan tidak manusiawi.
Joon Young mengajak istrinya keluar. Namun, Hae Woo terdiam dengan ajakan itu. Matanya masih menatap mayat Man Chul. Rupanya Hae Woo tengah mengingat-ingat wajah korban yang tampak tidak asing lagi. Ingatannya pun melayang pada peristiwa 12 tahun silam, di mana Yi Soo ditangkap. Dan ia mengira itu lantaran Yi Soo mencuri jam tangan ayahnya. Saat itulah, ia melihat Man Chul. Hae Woo bersorak, “Itu dia!”
Joon Young bingung dengan kalimat “itu dia!” yang dikatakan istrinya.
Belum sempat Hae Woo menjelaskannya, pintu terbuka dan masuklah Byung Bang Jin.
***
Di sebuah kamar mandi.
Seorang laki-laki tengah berendam di dalam bak mandi. Dialah Han Yi Soo. Kejadian Subuh ini masih diingatnya dengan jelas. Pengakuan dan kematian Man Chul pasti akan menghebohkan pihak kepolisian pagi ini.
Usai berendam, Han Yi Soo duduk di sofa kamar tempatnya menginap dengan gaya favoritnya.
***
Kembali ke tkp.
Tkp mulai banyak didatangi pihak kepolisian yang mulai memasangi police line. Kim Soo Hyun (diperankan Lee Soo Hyuk) sudah terlihat batang hidungnya—ini Kepala Bagian Kim yang dimaksud Joon Young tadi.
Byung Bang Jin bertanya kepada petugas, apakah ada yang mereka temukan? Petugas yang ditanyai Byung Bang Jin menjawab kasus ini membuat mereka kebingungan.
Hae Woo bertanya, apa yang menyebabkan korban meninggal? Petugas menjawab baru bisa dipastikan usai otopsi selesai dilakukan. Tapi, dugaan sementara korban meninggal gegara racun.
Hae Woo terkejut mendengar kata racun, hingga harus mengulanginya lagi. Petugas membenarkan dan menjelaskan kalau racun itu disuntik melalui bagian leher korban.
Byung Bang Jin dan Hae Woo saling menatap.
Petugas mengimbuhi bahwa lingkaran merah yang ada di dada korban menggunakan darah korban sendiri.
Hae Woo memutuskan keluar menemui suaminya. Karena, Joon Young bukan bekerja di bidang yang sama atau yang berhubungan dengan istrinya, ia memilih menunggu di luar supaya tidak mengganggu pekerjaan pihak kepolisian. Joon Young mendekat begitu melihat istrinya keluar dari dalam gedung itu.
Joon Young bertanya, apakah Hae Woo baik-baik saja? Hae Woo menjelaskan bahwa ada kemungkinan rencana bulan madu mereka ditunda saja. Hae Woo berkata itu dengan perasaan menyesal dan berharap Joon Young tidak kecewa dengan keputusannya itu.
Joon Young mengatakan ia sedikit kecewa dengan keputusan itu. Namun, ia bisa memahami posisi sang istri. Hae Woo surprise dengan sikap Joon Young. Ia betul-betul beruntung mendapatkan pasangan yang memahami pekerjaannya. Hae Woo lalu mengucapkan terima kasih pada Joon Young.
Hae Woo kembali ke tkp dan menemui Kepala Bagian Kim. Kepala Bagian Kim mengatakan bahwa kasus ini akan diurusnya. Sehingga, Hae Woo bisa segera ke bandara bersama Joon Young.
Hae Woo menjelaskan bahwa ia dan suaminya telah sepakat untuk menundanya. Lalu, ia meminta Kepala Bagian Kim untuk menyelidiki korban. Kepala Bagian Kim mencoba membujuk Hae Woo untuk tidak mengurusi kasus ini dan lebih baik berfokus pada rencana bulan madu mereka. Tapi, Hae Woo sudah bertekad. Dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi tekad ini.
Hae Woo meminta Kepala Bagian Kim (Kim Soo Hyun) untuk memperhatikan hal sekecil apapun atau hal paling sepele demi penyelidikan.
Kepala Bagian Kim mencoba membujuk Hae Woo supaya pergi berbulan madu saja dan tidak perlu mengkhawatirkan kasus ini. Bukannya merespons, Hae Woo justru acuh dengan bujukan Kepala Bagian Kim dan langsung masuk tkp.
Kepala Bagian Kim tidak berkata apa-apa lagi. Ia cuma bisa memandang Joon Young yang tengah tersenyum ke arahnya dari kejauhan.
***
Kembali ke tempat Han Yi Soo.
Han Yi Soo masih dalam posisi duduknya, tanpa bergerak sedikit pun. Ia masih ingat air mata Hae Woo yang menetes deras di malam pernikahannya. Saat Han Yi Soo menyebut kata “Polaris”, Hae Woo menangis tersedu-sedu pada malam itu.
Ia juga masih ingat bagaimana ia memeluk tubuh Hae Woo, merengku dengan penuh kerinduan. Ia masih merasakan api cinta itu. Betapa ia merindui satu-satunya gadis yang pernah mengisi hatinya selama ini.
Kemudian, Han Yi Soo memejamkan mata dan menarik napasnya. Seolah-olah dengan memejamkan mata, ia bisa menemukan kembali tujuan menuntaskan dendamnya selama ini. Ia sudah menanti saat-saat seperti ini. Han Yi Soo mengeraskan hatinya. Mampukah ia?
Ketika matanya membuka, ia ingat semua orang sudah menyatakannya meninggal.
***
Flashback.
Tubuh Han Yi Soo remaja tergeletak tak berdaya usai sebuah truk, yang diskenariokan, menghantam tubuhnya. Tangannya mendadak bergerak, menandakan ia masih bernapas walau kondisinya tidak bisa diprediksi. Dengan kekuatan penuh, Han Yi Soo mencoba membuka matanya, saat itulah ia melihat Yoshimura Junichiro—seorang Jepang.
***
Di sebuah atap gedung di Tokyo, Jepang.
Seorang remaja berdiri tanpa takut di atas pembatas atap. Ia sudah bertekad mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, setelah sebelumnya ia pandangi purnama yang menghiasi malam.
Saat kakinya hendak melangkah, saat itu tangannya ditarik keras ke belakang oleh seorang laki-laki. Dialah Yoshimura Junichiro. Remaja dengan muka penuh perban bak mumi itu tentunya Han Yi Soo.
Yoshimura mengatakan usai diobati, rasa sakit di bahu dan kaki Han Yi Soo besar kemungkinan tidak akan hilang sepenuhnya.
Han Yi Soo bangkit sambil menahan sakit. Yoshimura berkata panjang lebar bahwa manusia akhirnya akan mati juga tanpa harus mempercepatnya, seperti yang dilakukan Han Yi Soo tadi. Han Yi Soo bertanya kenapa Yoshimura membiarkannya hidup?
Jawab Yoshimura karena saat itu Han Yi Soo sedang sekarat.
Bukankah lebih baik ia mati saja? tanya Han Yi Soo. Sambil berteriak kepada Yoshimura, Han Yi Soo bertanya apa haknya menyelamatkan nyawanya?
Yoshimura mengatakan Han Yi Soo harusnya bersyukur karena masih hidup.
Han Yi Soo malah menjawab ia tidak pernah ingin diselamatkan.
Yoshimura bertanya apakah Han Yi Soo takut hidup dengan wajah yang berbeda?
Han Yi Soo kesal dengan pertanyaan-pertanyaan Yoshimura. Ia meminta Yoshimura untuk tidak bersikap seperti orang paling hebat. Karena, Yoshimura tidak tahu apa-apa.
Jawab Yoshimura, “Jika kamu tetap hidup, cepat atau lambat, kesempatan itu akan tiba. Dalam hidup apapun bisa terjadi, seperti juga kemalangan yang kamu alami. Namun, jika kamu tidak punya keberanian untuk menghadapi kemalangan ini. Maka, aku tidak akan melarangmu melarikan diri.”
Yoshimura menjelaskan bahwa menyelamatkan Han Yi Soo yang sekarat merupakan tugasnya sebagai manusia. Tapi, ketika hidup, semua pilihan ada di tangan Han Yi Soo. Seperti apa, Han Yi Soo akan menjalani hidup, semua pilihan ada di tangan Han Yi Soo.
Mata Han Yi Soo berkaca-kaca. Ia menangis. Yoshimura menegaskan satu hal lagi. “Meskipun semuanya tampak telah berakhir, jika kamu hidup, cepat atau lambat kesempatan itu akan tiba. Jangan lupakan itu Han Yi Soo!”
Yoshimura pergi meninggalkan Han Yi Soo sendirian. Dalam hati, ia mengamini apa yang dikatakan Yoshimura. Kesempatan itu akan tiba, ia hanya harus bersabar. Bersabar menunggu waktu yang tepat. Han Yi Soo mengepalkan tangan penuh tekad. (untuk melihat episode per episode dari serial drama Korea terbaru ini, silakan menuju link ini)
***
Lift telah mengantarkan Han Yi Soo pada lantai yang diinginkan. Pintu terbuka, dan Han Yi Soo ingin bergegas keluar. Tepat pada saat itu, Jo Eui Sun hendak masuk ke dalam lift. Ia tengah sibuk berbicara kepada menantunya, Joon Young, di telepon untuk membujuk Hae Woo supaya mau berbulan madu, bagaimanapun caranya. Jo Eui Sun tidak menyadari tatapan tajam Han Yi Soo mengarah padanya.
Keduanya berpapasan. Emosi Han Yi Soo segera naik. Ia mengepalkan tangan—tanda kemarahannya sudah memuncak.
Han Yi Soo menoleh. Ia menatap Jo Eui Sun sesaat sebelum pintu lift menutup. Jo Eui Sun pun melihat tatapan Han Yi Soo kepadanya.
***
Joon Young masih setia menemani Hae Woo yang tengah asyik berdiskusi dengan Byung Bang Jin. Kim Soo Hyun mendekati Joon Young, membawakan minuman untuknya. Kim Soo Hyun duduk di sebelah Joon Young.
Kim Soo Hyun mengatakan gegara kasus ini, bulan madu Joon Young dengan Hae Woo terpaksa ditunda. Joon Young cuma bisa tersenyum. Kim Soo Hyung mengatakan kalau Jo Hae Woo adalah jaksa paling keras kepala nomor dua se-Korea.
Jon Young menoleh. Jika Hae Woo nomor dua, siapa nomor wahidnya?
Kim menjelaskan bahwa yang pertama tentu saja saja ayah Joon Young sendiri, Jaksa Agung Oh Hyun Shik.
***
Byung Bang Jin mengatakan pada Hae Woo kalau ada telepon dari penelepon tak dikenal mengenai adanya kasus pembunuhan. Si penelepon secara detail menjelaskan tentang lokasi dan korban. Karena itu, Bang Jin tidak menganggap informasi ini angin lalu. Jadi, ia segera meluncur ke tkp. Hae Woo menanyakan pendapat Bang Jin tentang kemungkinan si penelepon adalah pelakunya. Bang Jin menjelaskan ada dua kemungkinan. Si penelepon adalah pelaku atau si penelepon adalah saksi mata.
Hae mengatakan bahwa satu-satunya yang pasti dari kasus ini adalah bahwa kasus ini berhubungan dengan kasus tabrak lari 12 tahun. Yang melibatkan ayah Han Yi Soo.
Hae Woo menyatakan pasti Bang Jin mengetahui tentang korban. Bang Jin tidak mengingkari hal tersebut. Hae Woo juga menambahkan analisisnya, kalau sebelum dibunuh, si korban menelpon dirinya. Dalam telepon si korban menjelaskan kalau si korban mengetahui alasan Han Yi Soo dibunuh 12 tahun silam. Itu berarti, Han Yi Soo meninggal berhubungan dengan kasus tabrak lari ayah Han Yi Soo. Sedangkan lingkaran di dada korban pasti memiliki makna juga. Sebuah pesan yang harusnya mereka tafsirkan. Namun, mereka belum bisa menerjemahkan dengan pasti, apa maksud dari pesan tersebut.
Bang Jin bilang kalau Hae Woo harus tenang menghadapi kasus ini. Jangan sampai membuat kesimpulan atau berprasangka mengenai apapun. Karena, bisa memengaruhi jalannya penyelidikan. Hae Woo mengangguk mengerti.
Bang Jin meminta Hae Woo istirahat. Hae Woo tidak menggubrisnya. Ia malah berkata akan melakukan otopsi langsung pada korban. Bang Jin menolaknya dan meminta Hae Woo keluar dari kasus ini. Hae Woo bersikeras. Ia mengatakan bahwa kasus ini berada di bawah tanggung jawabnya karena terjadi di wilayah hukumnya.
Itu sebabnya Bang Jin melarang Hae Woo untuk menangani kasus ini. Menurut pandangan Bang Jin, pelaku sudah dengan cermat merencanakan kasus ini supaya Hae Woo menanganinya. Tidakkah Hae Woo memahami, bisa saja, pelaku mendesain supaya kasus ini ditangani oleh Hae Woo.
Hae Woo tidak memedulikan hal tersebut. Bang Jin memotong kalimat Hae Woo. Bisa saja Hae Woo tidak memedulikan hal ini. Namun, ia peduli. Bang Jin melangkah pergi. Hae Woo mengejarnya. Ia tidak ingin dikeluarkan dari kasus ini. Sambil menarik lengan pamannya itu, Hae Woo bertanya, apakah pamannya lupa alasan Hae Woo menjadi jaksa. Tentu saja Bang Jin tidak lupa. Justru alasan itulah, Hae Woo tidak bisa menangani kasus ini. Bang Jin justru mengancam. Jika Hae Woo masih bertindak keras kepala seperti ini, ia akan melaporkan Hae Woo pada pihak berwajib.
***
Ketika Yi Hyun sedang berjalan menuju tempat kerjanya, ia berhenti di depan sebuah toko yang menjual teleskop. Ia mematung memandang benda itu dan berjalan mendekatinya. Di seberang jalan, tampak Yi Soo memandang dari kejauhan adik kesayangannya itu.
Dalam pandangan Yi Soo tampak Yi Hyun kecil tengah tersenyum memandang teleskop itu. Yi Soo ingin mendekatinya, cuma langkah kakinya tertahan. Hatinya melarang! Janjinya kepada Yi Hyung diingatnya kembali. Jika ia sudah kaya, ia akan membelikan Yi Hyun teleskop. Yi Soo tersenyum akan janji itu. Pemandangan yang tampak di depan matanya mengartikan bahwa Yi Hyun tidak pernah melupakannya sebagai kakak. Bahkan hingga kini, Yi Hyung masih menyimpan kenangan itu. Yi Soo senang mengetahui hal tersebut.
Yi Hyun kembali pada keadaannya yang sekarang. Ia melanjutkan langkahnya pergi ke tempat kerja dengan ceria. Sementara, Yi Soo mengikuti Yi Hyun dari seberang jalan, ia senang adiknya tersenyum ceria.
***
Yi Hyun kini sudah sampai di tempatnya bekerja.
Ketika ia telah bersiap melayani para pelanggan, ternyata yang datang adalah Hae Woo. Yi Hyun bingung, bukankah seharusnya Hae Woo sedang berada di pesawat saat ini? Hae Woo tersenyum menatap Yi Hyun.
Sementara itu, Joon Young menunggu di luar. Ia sedang menjelaskan kepada ayahnya akan menunda bulan madunya untuk sementara gegara Hae Woo sedang menangani sebuah kasus pelik.
Yi Hyun membawakan minuman untuk Hae Woo, sambil masih terus penasaran mengapa Hae Woo masih di sini, bukannya berbulan madu. Hae Woo mengatakan kalau dirinya sedang kangen Yi Hyun sehingga membatalkan bulan madunya. Yi Hyun tersipu sambil mengatakan bahwa itu tidak mungkin.
Setelah berbasa-basi barang sebentar, Hae Woo mulai serius menjurus maksud kedatangannya. Ia bertanya kepada Yi Hyun apakah menerima telepon aneh belakangan ini. Yi Hyun menggeleng dan bertanya. Hae Woo terdiam.
Akhirnya, Hae Woo berterus terang kalau sebenarnya ada sebuah kasus yang sedang terjadi dini hari tadi. Dan itulah alasan mengapa bulan madunya ditunda.
Yi Hyun bertanya apa kasus yang sedang ditangani Hae Woo. Hae Woo sendiri menjawab sulit untuk memastikannya saat ini. Cuma ia menjelaskan ada kemungkinan kalau kasus ini berawal dari kejadian 12 tahun lalu. Baik itu kecelakaan ayah Yi Hyun maupun kematian Yi Soo.
Yi Hyun terkejut mendengar penjelasan itu.
Melihat ekspresi Yi Hyun, Hae Woo buru-buru menetralisirnya dengan mengatakan kalau semua yang dikatakannya baru bersifat dugaan saja. Belum pasti. Kemudian, Hae Woo bertanya lagi kepada Yi Hyun apakah ia sudah melihat kembali kasus ayahnya? Karena, walaupun sudah melihatnya berkali-kali, ia tidak menemukan kasus Yi Soo ada di sana. Kecuali, pola darah dan foto kecelakaan. Benar-benar tidak ada apapun untuk menyelidikinya atau membuktikannya.
Yi Hyun bertanya kepada Hae Woo apa yang ingin ditanyakan. Setelah berulang kali menanyakan hal yang sama, Hae Woo harus mengulang kembali pertanyaannya. Apakah Yi Hyun mengetahui sesuatu yang aneh pada Yi Soo? Atau Yi Hyun mengerti hal yang janggal lainnya. Hae Woo meminta Yi Hyun mengingat hal sekecil apapun, yang mungkin lupa disampaikan kepadanya.
Yi Hyun berusah keras mengingatnya. Lalu, tiba-tiba ia mengatakan pada Hae Woo bahwa ada sesuatu yang terlupakan. Ia ingat ketika menemukan sebuah kunci nomor 22 di dalam kotak musiknya, yang kemudian diberikannya kepada kakaknya. Yi Hyun mengatakan kalau kunci itu juga ditemukan di lokasi kecelakaan.
Hae Woo terkejut. Ia menanyakan kepada Yi Hyun apakan Bang Jin mengetahui soal kunci itu?
***
Saat masuk ke kantornya, Bang Jin terkejut menemukan Hae Woo berada di sana tengah memeriksa kembali foto-foto kasus pembunuhan Man Chul. Bang Jin mendekati Hae Woo dan memanggil Jaksa Jo. Merespons hal tersebut, Hae Woo menengadahkan kepalanya, menatap Bang Jin.
Bang Jin bertanya alasan Hae Woo ada disini?
Bukannya menjawab, Hae Woo malah mengingatkan tentang janji Bang Jin untuk mentraktirnya. Kenapa tidak sekarang saja?! tanya Hae Woo.
Bang Jin bertanya kenapa Hae Woo ada disini? Hae Woo bukannya menjawab malah mengingatkan janji Bang Jin yang akan mentraktirnya. Kenapa tidak sekarang saja?
Bang Jin akhirnya mentraktir Hae Woo, walaupun Bang Jin tidak makan. Hae Woo bertanya mengapa Bang Jin tidak makan? Bang Jin bilang, ini karena ia tahu apa yang dirasakan Hae Woo dan ia ingin Hae Woo mengikuti sarannya. Namun, belum sempat melanjutkan kata-katanya, Hae Woo keburu memotongnya dengan kalimat yang sama. Hae Woo menyatakan kalau ia bisa memahami perasaan Bang Jin.
Hae Woo paham, perasaan pribadi bisa memengaruhi penyelidikan yang pada akhirnya mengakibatkan masalah. Tapi, alasan Yi Soo mati dan siapa yang bertanggung jawab, Hae Woo harus bisa mengungkap semuanya. Ini memang mesti dilakukannya.
Hae Woo mengatakan ia tidak ingin menyesal selama sisa hidupnya, jika harus mundur di kasus ini. Ia merasa takut. Tapi, ia ingin mengalahkan rasa takutnya. Karena, jika lari dari masalah ini karena takut, maka ia akan menghabiskan sisa hidupnya dalam penyesalan. Dan Hae Woo tidak ingin hal itu terjadi padanya.
Kasus Yi Soo dan ayahnya sangatlah janggal dan tidak ada yang dihukum atas kasus ini. Tanpa happy ending, tanpa sad ending. Semua serba mengambang. Jika begini, tak ada yang memperhatikan kasus mereka. Hae Woo mengatakan, mungkin inilah satu-satunya kesempatan yang dimilikinya untuk memperbaiki ketidakadilan bagi Yi Soo. Ia berjanji tidak akan melibat perasaan pribadi dalam menangani kasus ini. Semua ini demi Yi Hyun, jelas Hae Woo. Jadi, ia berharap Bang Jin mau membantunya. Bang Jin tidak dapat menolaknya.
***
Hae Woo mendatangi tempat suaminya bekerja sekaligus hotel tempatnya menginap. Saat itu, ia tengah menelepon Bang Jin karena ada sesuatu yang ia lupakan. KUNCI bernomor 22. Bang Jin menjawab kalau kunci itu telah menghilang. Jawaban itu membuat Hae Woo terkejut.
Bagaimana bisa?
Bang Jin mengaku kalau ia menyimpan kunci itu di ruang bukti untuk menemukan sidik jadi.Tapi, kunci itu menghilang begitu saja. Hae Woo menduga ada orang dalam yang melakukan hal tersebut. Adakah bukti untuk itu? Tanya Hae Woo.
Saat menutup telepon, Hae Woo sempat tercenung sebentar. Ia tidak sadar Joon Young suaminya sudah berdiri di hadapannya. Demi mencairkan suasana, Hae Woo menggamit lengan suaminya.
Joon Young mengatakan bahwa ia belum makan. Hal ini tentu membuat Hae Woo tersentak. Ia merasa tidak enak. Dan mengatakan kalau ia sudah makan dengan Bang Jin sebelum bertemu Joon Young.
Joon Young cuma tersenyum. Ia menebak pasti Hae Woo juga menenggak alkohol. Hae Woo berkata, hanya dua gelas. Hae Woo merasa tidak enak hati. Joon Young si suami penyabar ini mengatakan ia akan memaafkan Hae Woo jika ia mengikuti peraturannya.
Peraturan? Peraturan apa? Hae Woo bingung sendiri.
Joon Young mengatakan ada dua peraturan yang harus dipatuhi Hae Woo. Pertama, selepas mandi air hangat. Kedua, setelah mandi mereka harus bobo. Joon Young tersenyum nakal pada Hae Woo. (Hohoho ^^)
Hae Woo mengatakan hal itu tidak perlu dikatakan keras-keras. Ia malu.
Joon Young justru makin berapi-api. Tidur bukan dosa. Hae Woo makin malu dan meminta Joon Young berhenti. Ah, tidak peduli, pokoknya mereka harus bobo! Joon mempertegas pada kata bobo. (Hihihi ^^)
Di saat bersamaan, Yi Soo yang tengah menuju lift di hotel yang sama dengan mereka berdua melihat kemesraan Joon Young dan Hae Woo. Dan secara tidak sengaja, Hae Woo melihat Yi Soo. Membuat laki-laki berhati dingin itu jadi sungkan. Joon Young menyadari itu. Yi Soo menundukkan sedikit kepalanya, tanda menyapa mereka berdua.
Joon Young bertanya pada Kim Joon apakah ia tidur nyenyak semalam? Kim Joon mengiyakan. Ia menambahkan, bahkan ini tidur paling nyenyaknya setelah sekian lama. Joon Young mengeluarkan kartu nama dan menyebutkan bahwa ia adalah Oh Joon Young. Kim Joon menerima kartu itu sambil menjawab kalau ia sudah mengetahui siapa Joon Young. Joon Young heran mengapa Kim Joon bisa mengetahui namanya? Kim Joon cuma tersenyum melihat keheranan Joon Young.
Tepat pada saat itu, pintu lift terbuka. Dari dalam keluar Jang Young Hee. Ia tampak terkejut melihat bosnya. Young Hee berkata kalau ia sedang mencari Kim Joon.
Keempat orang ini kemudian masuk ke dalam satu lift. Mereka semua agak terlihat canggung. Young Hee bertanya apakah Kim Joon sudah makan. Pertanyaan itu dijawab dengan pertanyaan lagi oleh Kim Joon. Young Hee menjawab kalau ia memang belum makan. Lalu, tiba-tiba Kim Joon mengajak Young Hee makan bersama. Young Hee terkejut dengan usul tersebut. Ia bertanya Kim Joon ingin makan apa. Ia menyatakan Kim tidak terlalu memilih maka ia akan pilihkan menunya. Kim Joon terkesan cuek mendengarnya.
Hae Woo yang berada satu lift, lalu ikutan angkat suara. Ia mengatakan kalau di gang sebelah hotel ada restoran yang makanannya enak. Menu terlezatnya adalah Kimchi Jjigae. Kim Joon menoleh ketika Hae berbicara. Young Hee tampaknya suka dengan usul Hae Woo. Ketika ia menanyakan pada Kim Joon juga tidak menolak.
Joon Young yang sedari tadi berdiri mematung menambahkan kalau anggur beras di restoran itu juga enak.
Ketika lift sudah pada lantai yang diinginkan. Kim Joon dan Young Hee keluar dari lift. Mereka berempat harus berpisah. Sebelum berpisah, mereka saling membungkuk memberi hormat. Lalu, Young Hee bertanya apakah Kim Joon mau anggur beras? Sambil berlalu Kim Joon menjawab “dalam mimpi!”.
Kata-kata terakhir Kim Joon membuat Hae Woo tersentak. Memori cepat mengingat kalau kata-kata itu sama seperti yang pernah diucapkan Yi Soo dulu padanya. Waktu itu, kakinya terluka dan ia minta digendong Yi Soo. Yi Soo menjawab dengan kata-kata yang persis seperti Kim Joon ucapkan. Intonasinya pun sama.
Hae Woo memandangi Kim Joon hingga pintu lift menutup. Bahkan, saat sudah tertutup pun efek terkejutnya belum juga hilang.
Kenapa sama lagi?
Malam itu, Polaris. Sekarang kata-kata itu. Yi Soo dan Kim Joon, mengapa semua tampak sama? Bersambung ke sinopsis Shark episode 4 [part 2]
----------
*) Penulis sinopsis drama Korea terbaru Shark ini adalah Lilih Prilian Ari Pranowo, mengaku-aku sebagai cerpenis internet. Cerpennya di internet sudah berhamburan. Blog utamanya ada dua, Plot Kreatif dan Lilih Notes.
Tips and reviews of
Photos of Sinopsis Drama Korea Terbaru Shark Episode 4 [Part 1]
How to do in Sinopsis Drama Korea Terbaru Shark Episode 4 [Part 1]
The best place to Sinopsis Drama Korea Terbaru Shark Episode 4 [Part 1]
Posted by: Roxuai
roxuai
Updated at :
12.00.00
Semoga tulisan ringan ini bermanfaat ya, mohon maaf jika ada kekurangan. Maklum masih belajar menulis hehehe. Kalau ada yang perlu ditambahin bisa kamu informasikan melalui komentar dibawah yaa... Oh ya kamu bisa membagikan artikel ini melalui tombol share dibawah juga ok, dan sekali jangan lupa untuk berkomentar yaaa :) Terima kasih sudah mengunjungi blog aku ^^ ~ Kiku
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sopan , komentar dengan Link Aktif, SARA, Promosi akan masukan ke SPAM , Yang ingin berbagi informasi seputar KPOP boleh banget. Yuk saling berbagi informasi.