|
|
AKTIVASIONIS BERBUAT. PASIVASIONIS akan berbuat tetapi tidak pernah berbuat. Semua ingin menjadi Aktivasionis. Jadi mari kita dapatkan KEBIASAAN BERTINDAK. Banyak pasivasionis menjadi demikian karena mereka berkeras menunggu hingga 100% menguntungkan sebelum mereka mengambil TINDAKAN. Kesempurnaan memang sangat diinginkan. Akan tetapi tidak ada buatan manusia atau rancangan manusia yang benar-benar sempurna. Maka, MENUNGGU AGAR KONDISI SEMPURNA TERCAPAI SAMA JUGA DENGAN MENUNGGU SELAMANYA.
Menyesal itu biasa, tetapi jangan sampai menjadi terbiasa dan akhirnya kebiasaan. Namun sesungguhnya, penyesalan tidak akan pernah datang melanda apabila kita mampu bersabar. Yaitu bersabar dalam bertindak, bekerja, dan juga berfikir. Prinsipnya, menanamkan rasa penyesalan sejak dini sebelum penyesalan sesungguhnya tiba.
Dalam artian, karena telah menyesal lebih dahulu, maka dia selalu mengoptimalkan potensi diri agar tak menyesal kemudian. Selalu bergiat dalam setiap usaha dan tindakannya, baik untuk jangkauan dunia maupun akhirat. Sebagaimana kata pepatah, menyesal kemudian tiada guna.
Jika kemudian apa yang telah diusahakan tak sampai memenuhi target, mereka tak perlu lagi menyesal karena memang mereka telah berusaha maksimal. Sebaliknya, ia kembali bangkit lagi, bergerak lagi, dan lagi.
Singkat kata, orang yang selalu menyesal dalam hidup sudah pasti ia adalah manusia enggan bertindak meskipun di kepalanya tumbuh bertumpuk-tumpuk gagasan.
Dan, tidak ada penyesalan untuk mereka yang terus berbuat, terus berusaha, selalu bangkit. Sementara orang yang dirundung kemurungan karena tak tega menerima kenyataan di depan mata adalah mereka yang AKAN BERBUAT, TETAPI TIDAK PERNAH BERBUAT.
Penyesalan hanyalah untuk mereka yang disebut David J. Scwartz dalam bukunya, The Magic of Thinking Big, sebagai kelompok Pasivasionis. Dan sebaliknya, mereka yang optimis dan selalu bertindak dikelompokkan sebagai manusia-manusia Aktivasionis.
Perbedaan di antara Aktivasionis dan Pasivasionis tampak melalui dari segala bentuk perilaku. Aktivasionis menyelesaikan semua yang ingin diselesaikan, dan sebagai produk sampingannya mereka mendapatkan kepercayaan diri, perasaan aman dalam batin, dan capaian-capaian yang lebih besar dan nyata.
Sementara, Pasivasionis tidak menyelesaikan segala yang ingin diselesaikan karena ia tidak mau bertindak. Ia kehilangan kepercayaan diri, merusak keyakinannya dan hidup biasa-biasa saja.
Maka betul pula kata Scwartz, bahwa semua orang pasti ingin menjadi Aktivasionis lalu kemudian mereka mendapatkan kebiasaan bertindak. Namun mayoritas justru menjadi Pasivasionis karena mereka bersikeras menunggu hingga segalanya 100 persen menguntungkan sebelum mereka mengambil tindakan.
Kesempurnaan memang sangat diinginkan siapa saja. Akan tetapi, tidak ada buatan atau rancangan manusia dalam kehidupan ini yang benar-benar sempurna. Maka, tetap menunggu agar kondisi yang sempurna tercapai sama juga dengan menunggu selamanya!.
Ide atau gagasan yang bagus saja tidak cukup. Gagasan sederhana yang dilaksanakan, dan terus dikembangkan, adalah seratus persen lebih baik daripada gagasan hebat yang mati karena tidak ditindaklanjuti.
Siapa pun mengerti bahwa tidak ada yang datang pada diri kita cukup hanya dengan memikirkannya. Semua memerlukan tindakan untuk mendapatkannya. Berawal dari gagasan, lalu segera berbuat.
Karena sangat jelas. Semua yang kita miliki di dunia ini, dari satelit hingga pencakar langit, makanan bayi, hingga seperangkat komponen yang teman-teman gunakan untuk membaca tulisan ini, hanyalah hasil dari suatu GAGASAN yang DILAKSANAKAN.
Manusia memang mahluk yang super unik, padanya melekat beragam sifat-sifat bawaan, karakter yang terbangun oleh lingkungan sekitar. Keunikan manusia bisa jadi dipilari oleh dianugrahkanNYA otak, hati, dan rasa sehingga bisa melakukan beragam konfigurasi hasil olah fikir, olah rasa, dan olah hati. Sebagai outputnya adalah lahirnya karakter tertentu yang berada dalam frame yang kontekstual.
Kehidupan berjalan dengan roda yang sangat dinamis, sehingga hal ini memerlukan penyikapan tertentu agar manusia bisa tetap, eksis, sukses, dan berbahagia. Pengalaman kehidupan dari orang lain ataupun dari diri sendiri seyogyanya bisa menjadi sumber belajar yang inspiratif, dinamis untuk meraih kondisi yang lebih baik.
Kesempatan, kekuatan, kesehatan, dan sejuta kenikmatan yang telah disiapkan oleh Tuhan hendaknya bisa dioptimalisasi menjadi kekuatan dan selanjutnya bisa mengakses semua peluang. Pribadi yang menang, sukses, dan unggul tiada lain adalah yang bisa memanfaatkan peluang dengan segenap kekuatan yang ada pada diri dan lingkungannya.
Menjadi keniscayaan bahwa manusia dilahirkan dengan pasangan-pasangan tertentu, baik buruk, sukses gagal, laki perempuan, dll. Kalau kita bisa merefleksikan beberapa kondisi seseorang yang mengalami periode kesuksesan dalam bidang tertentu dan dilain sisi seseorang yang lain masih mengalami kegagalan maka dari karakter kedua kelompok tersebut setidaknya dapat dipilah menjadi dua yaitu:
1. Kelompok Aktivasionis : adalah pelaksana, ia mengambil tindakan, menyelesaikan segala sesuatunya, melaksanakan gagasan dan rencana. Orang yang masuk karakter ini adalah tipe yang berani mengambil resiko, karena terkadang situasi dan kondisi tidak sepenuhnya mendukung namun dia tetap teguh untuk melakukan sesuatu yang dianggap terbaik. Hasil dari perbuatan tersebut siap dia tanggung dan kembali akan mengatasinya dengan tindakan yang lain yang nyata.
2. Kelompok Pasivasionis : adalah bukan pelaksana, ia menunda segalanya hingga ia membuktikan bahwa ia tidak dapat melaksanakannya atau hingga sudah terlalu terlambat. pasivasionis atau propasif sering mengucapkan kata seandainya, sehingga kelompok ini selalu dalam kondisi akan berbuat, tetapi tidak pernah berbuat. Penuh rencana dan gagasan, kebiasaannya sebelum mengambil tindakan selalu menunggu hingga segalanya 100 persen menguntungkan atau serba kondusif, sehingga tindakannya pun tidak pernah terwujud.
Menjadi seorang aktivasionis adalah pilihan rasional menjadi orang sukses…..
1. Jadilah “aktivasionis.” Jadilah orang yang berbuat. Jadilah pelaksanan, bukan sebaliknya.
2. Jangan menunggu hingga keadaannya sempurna karena itu tidak akan pernah terjadi. Harapkan penghalang dan kesulitan yang akan menghadang dan pecahkan semuanya ketika muncul.
3. Ingat, gagasan saja tidak akan memberikan keberhasilan. Gagasa mempunyai nilai hanya jika teman-teman melaksanakannya.
4. Gunakan tindakan untuk menghilangkan ketakutan dan memdapatkan kepercayaan diri. Kerjakan apa yang teman-teman takutkan dan ketakutan pun menghilang. Cobalah dan lihat hasilnya.
5. Mulai mesin mental teman-teman secara mekanis. Jangan menunggu hingga jiwa teman-teman menggerakkan Anda. Ambil tindakan, galilah, dan teman-teman menggerakkan jiwa Anda.
6. Berpikirlah dalam pengertian sekarang. Besok, minggu depan, nanti dan kata-kata serupa kerap merupakan sinonim dari kata kegagalan tidak pernah. Jadilah jenis orang yang “Saya memulai sekarang juga.”
7. Segeralah bertindak. Jangan membuang-buang waktu menyiapkan diri untuk bertindak. Mulailah bertindak.
8. Ambil inisiatif. Jadilah pelopor. Ambillah inisiatif dan laksanakan. Jadilah sukarelawan. Perlihatkan bahwa teman-teman mempunyai kemampuan dan ambisi untuk berbuat.
Pesan saya :
MENUNGGU AGAR KONDISI SEMPURNA TERCAPAI SAMA JUGA DENGAN MENUNGGU SELAMANYA.
AKTIVASIONIS BERBUAT. PASIVASIONIS akan berbuat tetapi tidak pernah berbuat. Semua ingin menjadi Aktivasionis. Jadi mari kita dapatkan KEBIASAAN BERTINDAK. Banyak pasivasionis menjadi demikian karena mereka berkeras menunggu hingga 100% menguntungkan sebelum mereka mengambil TINDAKAN. Kesempurnaan memang sangat diinginkan. Akan tetapi tidak ada buatan manusia atau rancangan manusia yang benar-benar sempurna. Maka, MENUNGGU AGAR KONDISI SEMPURNA TERCAPAI SAMA JUGA DENGAN MENUNGGU SELAMANYA.
Menyesal itu biasa, tetapi jangan sampai menjadi terbiasa dan akhirnya kebiasaan. Namun sesungguhnya, penyesalan tidak akan pernah datang melanda apabila kita mampu bersabar. Yaitu bersabar dalam bertindak, bekerja, dan juga berfikir. Prinsipnya, menanamkan rasa penyesalan sejak dini sebelum penyesalan sesungguhnya tiba.
Dalam artian, karena telah menyesal lebih dahulu, maka dia selalu mengoptimalkan potensi diri agar tak menyesal kemudian. Selalu bergiat dalam setiap usaha dan tindakannya, baik untuk jangkauan dunia maupun akhirat. Sebagaimana kata pepatah, menyesal kemudian tiada guna.
Jika kemudian apa yang telah diusahakan tak sampai memenuhi target, mereka tak perlu lagi menyesal karena memang mereka telah berusaha maksimal. Sebaliknya, ia kembali bangkit lagi, bergerak lagi, dan lagi.
Singkat kata, orang yang selalu menyesal dalam hidup sudah pasti ia adalah manusia enggan bertindak meskipun di kepalanya tumbuh bertumpuk-tumpuk gagasan.
Dan, tidak ada penyesalan untuk mereka yang terus berbuat, terus berusaha, selalu bangkit. Sementara orang yang dirundung kemurungan karena tak tega menerima kenyataan di depan mata adalah mereka yang AKAN BERBUAT, TETAPI TIDAK PERNAH BERBUAT.
Penyesalan hanyalah untuk mereka yang disebut David J. Scwartz dalam bukunya, The Magic of Thinking Big, sebagai kelompok Pasivasionis. Dan sebaliknya, mereka yang optimis dan selalu bertindak dikelompokkan sebagai manusia-manusia Aktivasionis.
Perbedaan di antara Aktivasionis dan Pasivasionis tampak melalui dari segala bentuk perilaku. Aktivasionis menyelesaikan semua yang ingin diselesaikan, dan sebagai produk sampingannya mereka mendapatkan kepercayaan diri, perasaan aman dalam batin, dan capaian-capaian yang lebih besar dan nyata.
Sementara, Pasivasionis tidak menyelesaikan segala yang ingin diselesaikan karena ia tidak mau bertindak. Ia kehilangan kepercayaan diri, merusak keyakinannya dan hidup biasa-biasa saja.
Maka betul pula kata Scwartz, bahwa semua orang pasti ingin menjadi Aktivasionis lalu kemudian mereka mendapatkan kebiasaan bertindak. Namun mayoritas justru menjadi Pasivasionis karena mereka bersikeras menunggu hingga segalanya 100 persen menguntungkan sebelum mereka mengambil tindakan.
Kesempurnaan memang sangat diinginkan siapa saja. Akan tetapi, tidak ada buatan atau rancangan manusia dalam kehidupan ini yang benar-benar sempurna. Maka, tetap menunggu agar kondisi yang sempurna tercapai sama juga dengan menunggu selamanya!.
Ide atau gagasan yang bagus saja tidak cukup. Gagasan sederhana yang dilaksanakan, dan terus dikembangkan, adalah seratus persen lebih baik daripada gagasan hebat yang mati karena tidak ditindaklanjuti.
Siapa pun mengerti bahwa tidak ada yang datang pada diri kita cukup hanya dengan memikirkannya. Semua memerlukan tindakan untuk mendapatkannya. Berawal dari gagasan, lalu segera berbuat.
Karena sangat jelas. Semua yang kita miliki di dunia ini, dari satelit hingga pencakar langit, makanan bayi, hingga seperangkat komponen yang teman-teman gunakan untuk membaca tulisan ini, hanyalah hasil dari suatu GAGASAN yang DILAKSANAKAN.
Manusia memang mahluk yang super unik, padanya melekat beragam sifat-sifat bawaan, karakter yang terbangun oleh lingkungan sekitar. Keunikan manusia bisa jadi dipilari oleh dianugrahkanNYA otak, hati, dan rasa sehingga bisa melakukan beragam konfigurasi hasil olah fikir, olah rasa, dan olah hati. Sebagai outputnya adalah lahirnya karakter tertentu yang berada dalam frame yang kontekstual.
Kehidupan berjalan dengan roda yang sangat dinamis, sehingga hal ini memerlukan penyikapan tertentu agar manusia bisa tetap, eksis, sukses, dan berbahagia. Pengalaman kehidupan dari orang lain ataupun dari diri sendiri seyogyanya bisa menjadi sumber belajar yang inspiratif, dinamis untuk meraih kondisi yang lebih baik.
Kesempatan, kekuatan, kesehatan, dan sejuta kenikmatan yang telah disiapkan oleh Tuhan hendaknya bisa dioptimalisasi menjadi kekuatan dan selanjutnya bisa mengakses semua peluang. Pribadi yang menang, sukses, dan unggul tiada lain adalah yang bisa memanfaatkan peluang dengan segenap kekuatan yang ada pada diri dan lingkungannya.
Menjadi keniscayaan bahwa manusia dilahirkan dengan pasangan-pasangan tertentu, baik buruk, sukses gagal, laki perempuan, dll. Kalau kita bisa merefleksikan beberapa kondisi seseorang yang mengalami periode kesuksesan dalam bidang tertentu dan dilain sisi seseorang yang lain masih mengalami kegagalan maka dari karakter kedua kelompok tersebut setidaknya dapat dipilah menjadi dua yaitu:
1. Kelompok Aktivasionis : adalah pelaksana, ia mengambil tindakan, menyelesaikan segala sesuatunya, melaksanakan gagasan dan rencana. Orang yang masuk karakter ini adalah tipe yang berani mengambil resiko, karena terkadang situasi dan kondisi tidak sepenuhnya mendukung namun dia tetap teguh untuk melakukan sesuatu yang dianggap terbaik. Hasil dari perbuatan tersebut siap dia tanggung dan kembali akan mengatasinya dengan tindakan yang lain yang nyata.
2. Kelompok Pasivasionis : adalah bukan pelaksana, ia menunda segalanya hingga ia membuktikan bahwa ia tidak dapat melaksanakannya atau hingga sudah terlalu terlambat. pasivasionis atau propasif sering mengucapkan kata seandainya, sehingga kelompok ini selalu dalam kondisi akan berbuat, tetapi tidak pernah berbuat. Penuh rencana dan gagasan, kebiasaannya sebelum mengambil tindakan selalu menunggu hingga segalanya 100 persen menguntungkan atau serba kondusif, sehingga tindakannya pun tidak pernah terwujud.
Menjadi seorang aktivasionis adalah pilihan rasional menjadi orang sukses…..
1. Jadilah “aktivasionis.” Jadilah orang yang berbuat. Jadilah pelaksanan, bukan sebaliknya.
2. Jangan menunggu hingga keadaannya sempurna karena itu tidak akan pernah terjadi. Harapkan penghalang dan kesulitan yang akan menghadang dan pecahkan semuanya ketika muncul.
3. Ingat, gagasan saja tidak akan memberikan keberhasilan. Gagasa mempunyai nilai hanya jika teman-teman melaksanakannya.
4. Gunakan tindakan untuk menghilangkan ketakutan dan memdapatkan kepercayaan diri. Kerjakan apa yang teman-teman takutkan dan ketakutan pun menghilang. Cobalah dan lihat hasilnya.
5. Mulai mesin mental teman-teman secara mekanis. Jangan menunggu hingga jiwa teman-teman menggerakkan Anda. Ambil tindakan, galilah, dan teman-teman menggerakkan jiwa Anda.
6. Berpikirlah dalam pengertian sekarang. Besok, minggu depan, nanti dan kata-kata serupa kerap merupakan sinonim dari kata kegagalan tidak pernah. Jadilah jenis orang yang “Saya memulai sekarang juga.”
7. Segeralah bertindak. Jangan membuang-buang waktu menyiapkan diri untuk bertindak. Mulailah bertindak.
8. Ambil inisiatif. Jadilah pelopor. Ambillah inisiatif dan laksanakan. Jadilah sukarelawan. Perlihatkan bahwa teman-teman mempunyai kemampuan dan ambisi untuk berbuat.
Pesan saya :
MENUNGGU AGAR KONDISI SEMPURNA TERCAPAI SAMA JUGA DENGAN MENUNGGU SELAMANYA.
Tips and reviews of
Photos of Menjadi Aktivasionis - Mr.Do the Best
How to do in Menjadi Aktivasionis - Mr.Do the Best
The best place to Menjadi Aktivasionis - Mr.Do the Best
Posted by: Roxuai
roxuai
Updated at :
06.29.00
Semoga tulisan ringan ini bermanfaat ya, mohon maaf jika ada kekurangan. Maklum masih belajar menulis hehehe. Kalau ada yang perlu ditambahin bisa kamu informasikan melalui komentar dibawah yaa... Oh ya kamu bisa membagikan artikel ini melalui tombol share dibawah juga ok, dan sekali jangan lupa untuk berkomentar yaaa :) Terima kasih sudah mengunjungi blog aku ^^ ~ Kiku
Silahkan berkomentar dengan bijak dan sopan , komentar dengan Link Aktif, SARA, Promosi akan masukan ke SPAM , Yang ingin berbagi informasi seputar KPOP boleh banget. Yuk saling berbagi informasi.